Daulatkepri.com] Batam kembali jadi sorotan. Kota industri dan pintu perdagangan internasional ini disebut-sebut jadi arena pergerakan bisnis gelap yang berjalan lebih cepat dari aparat.
Di balik deretan gudang baja dan pelabuhan sibuk, ada cerita lain. Saat malam turun, pelabuhan rakyat berubah sunyi tetapi sibuk. Kapal kecil hilir-mudik, minim lampu, tanpa manifes resmi. Uang dan barang bergerak seolah tanpa jejak.Rabu (4/11/25).
Siangnya, publik bertanya: siapa pemain besar di balik semua ini?
Dua Nama Lama Disebut Muncul Lagi
Informasi dari sumber lapangan hingga dokumen intel ekonomi menyebut dua nama Akim alias Asri dan Bobbie Jayanto sosok ayah-anak yang disebut punya pengaruh di jalur logistik Batam.
Mereka bukan nama baru. Namun polanya dinilai mirip: operasi aparat berjalan, buruh dan sopir diamankan, tetapi sosok yang diduga aktor utama tak tersentuh.
“Bosnya kayak asap. Ada, tapi susah dibuktikan,” ujar sumber pengawasan kepada media, meminta identitas dirahasiakan.
Gudang Tertutup, Truk Tanpa Logo
Sejumlah sumber menyebut dugaan produksi rokok tanpa pita cukai di kawasan industri pinggiran Batam. Merek yang disebut beredar di lapangan antara lain HD, T3, dan OFO.
Gudang tertutup rapat. Mobil boks keluar masuk rutin. Distribusi diduga memanfaatkan jalur laut non-resmi.
Namun bisnis rokok ini disebut bukan satu-satunya. Ada informasi mengenai dugaan pengoplosan beras impor murah yang kemudian masuk ke pasar resmi melalui perusahaan legal.
“Main dua kaki. Ada jalur resmi, ada jalur gelap,” kata sumber pengawasan perdagangan.
Aliran Dana Diduga Menembus 3 Negara
Jejak transaksi yang disebut disusun aparat intelijen dan analis keuangan menunjukkan pola dugaan pencucian dana lintas negara:
Batam → Singapura → China.
Dana bergerak lewat perusahaan dagang, direksi pinjaman, hingga transfer berlapis.
“Mutasinya kayak fintech. Uang masuk-keluar cepat, barang tak kelihatan,” kata analis perbankan.
Di Singapura, uang masuk ke perusahaan. Di China, mengarah ke entitas yang menurut catatan beroperasi sangat kecil.
Penindakan Dinilai Seremonial
Razia ada. Konferensi pers digelar. Kardus rokok ilegal dipamerkan. Namun nama besar belum pernah muncul sebagai tersangka.
“Yang ditahan figuran,” kata aktivis antikorupsi di Batam.
Ancaman untuk Ekonomi dan Negara
Akademisi kriminal ekonomi mengingatkan, praktik seperti ini bisa menciptakan moral hazard dan merusak persaingan industri.
“Ini bukan hanya soal cukai. Ini ancaman sistemik,” ujarnya.
Publik Menunggu Bukti Tegas Negara
PPATK, Bea Cukai, Kepolisian, dan Kejaksaan disebut tengah mengumpulkan data. Tapi publik masih skeptis.
Apakah ini akan jadi momen penegakan serius? Atau sekadar episode baru “penindakan setengah hati”?
Pertanyaan akhirnya memuncak:
Batam benar-benar milik republik, atau mulai dikuasai ekonomi bayangan?











