Daulatkepri.com] Pernyataan tegas Kepala Kantor Bea Cukai Batam, Zaky Firmansyah, kembali memantik sorotan publik. “Kirim tempat jual rokok ilegal, nanti saya turunkan tim,” ujarnya dengan nada serius saat menanggapi konfirmasi awak media daulatkepri melalui pesan watsap, Jum’at Malam [24/10/2025].
Namun, di balik ketegasan itu, muncul gelombang keraguan masyarakat. Banyak warga Batam menilai pernyataan tersebut hanyalah drama institusional sekadar manuver komunikasi publik untuk meredam tekanan dari pusat.
“Jangan Pura-Pura Tak Tahu”
Batam sudah lama dikenal sebagai salah satu episentrum perdagangan rokok ilegal di Indonesia. Dari gudang-gudang tertutup hingga kios kecil di pinggir pelabuhan, beragam merek seperti HD, T3, dan OFO beredar luas di pasaran. Semua orang tahu, tetapi seolah tak ada yang benar-benar disentuh hukum.
“Mereka (Bea Cukai) pasti tahu di mana gudangnya. Tapi pura-pura tak tahu. Jangan menipu publik,” ujar salah satu warga Sekupang yang enggan disebutkan namanya.
Kecurigaan masyarakat semakin kuat setelah muncul pernyataan Menteri Keuangan, Purabaya, yang menyebut bahwa “yang membackingi rokok ilegal justru oknum di Bea Cukai itu sendiri.” Pernyataan ini seolah menegaskan apa yang selama ini menjadi bisik-bisik di lapangan: ada permainan besar di balik peredaran rokok ilegal.
Jaringan Lama, Pemain Lama
Sumber internal dari kalangan pengusaha pelayaran lokal menyebut bahwa jaringan rokok ilegal di Batam bukan kelompok baru. Mereka disebut memiliki backing kuat, baik di tingkat pengawasan pelabuhan maupun instansi tertentu.
“Setiap kali razia besar digelar, selalu ada ‘pemberitahuan’ lebih dulu. Barang-barang besar sudah disembunyikan. Yang ditangkap hanya pengecer atau barang sisa,” ungkap sumber tersebut.
Skema distribusinya pun rapi:
1. Rokok impor tanpa pita cukai masuk dari pelabuhan kecil di sekitar perairan Riau dan Johor.
2. Barang diturunkan di Batam melalui kapal cepat atau speedboat malam hari.
3. Di gudang-gudang sekitar Batu Ampar, Bengkong, dan Sekupang, rokok dikemas ulang.
4. Barang kemudian dikirim ke wilayah Sumatera dan Jawa menggunakan kontainer atau kapal barang bahkan sudah ada yang Samapi di Papua.
Dari rantai panjang itu, keuntungan yang berputar mencapai puluhan hingga ratusan miliar rupiah setiap bulan. Angka yang membuat banyak pihak menutup mata bahkan mungkin ikut menikmati.
Kinerja Bea Cukai Dipertanyakan
Dalam beberapa tahun terakhir, Bea Cukai Batam memang kerap mengumumkan keberhasilan menindak ribuan batang rokok ilegal. Namun, di sisi lain, peredaran di lapangan tidak pernah benar-benar surut.
“Yang ditangkap hanya kelas teri. Sementara bos-bos besar masih bebas keliling kota,” ujar pengamat ekonomi Batam, M. Syahrul, menyoroti pola penindakan yang disebutnya “setengah hati.”
Ia menilai, persoalan rokok ilegal di Batam bukan sekadar masalah pengawasan, tetapi masalah integritas dan konflik kepentingan.
“Bagaimana mungkin pengawasan bisa efektif jika sebagian pengawas justru punya hubungan dengan pelaku?” katanya.
Janji Zaky Firmansyah: Antara Serius dan Sandiwara
Pernyataan Zaky Firmansyah untuk “menurunkan tim” patut diapresiasi, namun publik menuntut tindakan nyata, bukan hanya retorika.
“Kalau memang serius, tunjukkan hasilnya. Publikasikan penangkapan besar, bukan hanya penyitaan kecil untuk foto di media,”ujar Masyarakat yang tidak mau disebutkan namanya, yang menilai sikap Bea Cukai Batam belakangan ini hanya bentuk damage control.
Menurutnya, keberanian Zaky akan diuji pada level operasional, bukan di ruang konferensi pers.
“Jika memang tahu lokasi, silakan gerebek gudang HD, T3, atau OFO. Masyarakat siap bantu tunjukkan. Tapi jangan lagi ada drama.”
Desakan Publik: Bersihkan dari Dalam
Gelombang ketidak percayaan terhadap Bea Cukai semakin meluas. berbagai komentar pedas bermunculan di masyarakat
“Sudah lama Bea Cukai Batam main dua kaki,”
“Kalau mau serius, mulai dari internalnya dulu. Bersihkan oknum didalam sendiri dulu.”ucap masyarakat batam
Bea Cukai Batam memang berada di posisi sulit: di satu sisi harus menjalankan penindakan tegas, namun di sisi lain menghadapi kecurigaan bahwa sebagian internalnya terlibat langsung dalam jaringan distribusi ilegal.
Bea Cukai Saatnya Menentukan Sikap
Batam hari ini menjadi cermin integritas aparat penegak hukum di sektor keuangan negara. Rokok ilegal bukan sekadar masalah cukai, tapi juga simbol bagaimana hukum bisa dipermainkan oleh jaringan ekonomi gelap.
Jika benar perintah “turunkan tim” dari Zaky Firmansyah dijalankan tanpa pandang bulu, maka langkah itu akan menjadi ujian moral dan profesionalitas bagi Bea Cukai Batam.
Namun jika tidak, maka publik akan tetap percaya bahwa semua ini hanyalah sinetron dengan skenario lama yang terus diulang.












